"Bersama Membangun dan Mewujudkan Bona Pasogit Tapanuli Utara yang Sejahtera";
Tapanuli Utara Sebagai Lumbung Pangan Dan Lumbung Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas serta Daerah Wisata

Minggu, 11 Mei 2014

Kunjungan Pastoral Uskup Agung Medan di Paroki Santa Maria Tarutung

Mgr. A.B. Sinaga didampingi RP. Laurentius Sutarno, SJ
dan RP. Henry Simbolon, SJ
(Penerimaan Sakramen Krisma)

Jumat 9 Mei 2014 hingga Minggu 11 Mei 2014 Uskup Agung Medan Mgr. DR. Anicetus B. Sinaga melakukan kunjungan pastoral kepada umat Katolik di Paroki Santa Maria Tarutung.  Paroki Santa Maria Tarutung meliputi seluruh Kabupaten Tapanuli Utara minus Kecamatan Siborongborong yang merupakan Paroki tersendiri dalam Paroki Lintongnihuta.

Statistik Gereja Katolik Paroki Santa Maria Tarutung dipimpin pastor paroki RP. Laurentius Sutarno, SJ dibantu oleh Pastor RP. Henry Simbolon, SJ dengan jumlah umat lebih kurang 11.000 jiwa tersebar di 52 stasi dan berada di desa-desa terpencil di Kabupaten Tapanuli Utara.

Misi pastoral Uskup Agung kali ini memberikan sakramen krisma kepada 600 orang umat Katolik di tiga lokasi, yaitu Jumat 9 Mei 2014 di stasi Parsorminan Kecamatan Pangaribuan dengan peserta sebanyak 200 orang, Sabtu 10 Mei 2014 di stasi Aek Raja Kecamatan Parmonangan dengan peserta sebanyak 200 orang dan terakhir Minggu 11 Mei 2014 di stasi Tarutung dengan peserta sebanyak 200 orang.
Selain memberikan sakramen krisma juga dilakukan pertemuan tatap muka kepada umat dan para pengurus Gereja di tiap lokasi yang dikunjungi untuk mengetahui persoalan umat di akar bawah dan memberikan pengajaran atas situasi dan kondisi sosial umat serta menanggapi berbagai isu baik isu lokal, nasional dan isu global dalam perspektif ajaran iman Katolik.

Uskup Agung Medan Mgr. DR. Anicetus B. Sinaga pada salah satu pertemuan dengan umat di Tarutung pada Jumat 9 Mei 2014 setelah mendengar berbagai informasi dan masukan dari umat mengatakan “Gereja merasa miris dengan kondisi sosial masyarakat dalam proses Pemilu, baik Pilkada pun Pileg yang mana banyak pihak yang menghalalkan ‘menjual hati nurani’ demi pencapaian tujuan sesaat.  Di depan menyatakan tidak tetapi di belakang menghalalkan segala cara”.

Dalam kotbah Minggu 11 Mei 2014 di Tarutung kepada umat Uskup Agung Medan Mgr. DR. Anicetus B. Sinaga menyampaikan keprihatinan yang tinggi atas pertumbuhan imam di Keuskupan Agung Medan, dimana pertambahan jumlah umat tidak dibarengi oleh pertambahan imam, sehingga pelayanan Gereja oleh imam kepada umat menjadi sangat minim.  Uskup mengajak umat untuk memberikan putra putra terbaiknya menjadi calon calon imam yang diharapkan dapat tertahbis menjadi imam sesuai dengan panggilan.  Diakui untuk menjadi imam bukanlah jalan yang mudah dilalui, melainkan sangat berat karena penuh dengan masa uji, dan tidak sedikit yang gagal.  Tidak jarang dari satu angkatan hanya 7-10 orang yang terpanggil dan tertahbis menjadi imam.

Uskup Agung Medan Mgr. DR. Anicetus B. Sinaga juga menyoal pelaksanaan ujian nasional ditingkat bawah, dimana terjadi praktek praktek yang bertentangan dengan ajaran moral Gereja, menghalalkan kecurangan dengan berbagai cara, termasuk menjadikan hasil UN sebagai target kinerja Kepala Daerah tanpa dibarengi oleh keterpenuhan sarana dan prasarana pendidikan pada setiap tingkatan Pendidikan.  Uskup mengajak umat Katolik untuk tidak bertindak dan berlaku sama dengan para pihak yang bertentangan dengan ajaran moral Katolik.  “Hilangkan budaya membantu siswa menjawab pertanyaan ujian, karena hal itu adalah ‘ perbuatan salah’”, katanya.

Selain itu Uskup Agung  juga menyorot perlakuan berbagai pihak kepada alam, khususnya upaya pengayaan diri dengan cara memperkosa alam bahkan akhirnya menyeret yang bersangkutan kepada ranah hukum.  Banyak kejadian penebangan kayu hutan yang berakibat kepada kerusakan lingkungan, yang oleh Gereja sejak lama telah disuarakan agar umat selalu mencintai alam karena alam adalah berkah Tuhan yang tak terkirakan manfaatnya untuk manusia ciptaanNYA.  Dikatakan Uskup, Gereja akan selalu mendorong dan mengingatkan umat pun Pemerintah agar melestarikan alam/lingkungan hidup, sehingga manusia di masa depan dapat menikmatinya dan mampu bertahan hidup.

Uskup Agung juga menyentil layanan publik yang dilakukan oleh pihak Pemerintah khususnya di wilayah Sumatera  Utara yang belum berhasil menghilangkan paradoks SUMUT (Semua Urusan Musti Uang Tunai).  Uskup Agung mengajak semua pihak didalam pelaksanaan layanan publik menyatakan Sumut sebagai TUMUS (Tempat Umat Menemukan Urusan Selesai).

Photo liputan :

Video liputan :

Tidak ada komentar: