Rabu 6 April 2016, Hari keempat pelaksanaan UN di Taput berjalan tertib, aman dan lancar dalam monitoring yang dilakukan Bupati diwakili Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Taput Jamel Panjaitan di dua sekolah di Kecamatan Siatasbarita dan Kecamatan Tarutung.
"Saya mengajak segenap manajemen sekolah, Kepala Sekolah dan Guru untuk menanggalkan sikap apatis, kita semua, stakeholder dibidang pendidikan harus melakukan revolusi mental. Mari kembalikan dan bangun karakter orang Batak melalui pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh falsafah "Pantun Hangoluan, Tois Hamagoan" (blogger= Sopan santun jalan kehidupan, congkak/sombong/mengabaikan jalan celaka)," ajak Kadisdikbud Taput Jamel Panjaitan dihadapan Kepala Sekolah Jekson Lumbantoruan, Ketua Komite Sekolah Singal Panggabean dan para guru SMKN 2 Siatasbarita serta para pengawas UN di SMK Negeri 2 Siatasbarita setelah ujian selesai dilaksanakan.
"Amatan kami, pada tahun belakangan ini, banyak alumni SMK bekerja dengan penghasilan pas-pasan, keluar dari Taput dan melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan hasil pendidikannya, kehilangan karakter sebagai orang Batak yang pekerja keras, mengapa ?" tanya Kadisdikbud kepada para guru dan pengawas.
"Mari kita bangun kembali karakter kita sebagai orang Batak, keras dalam menghargai diri dan kemampuan, yakinkan siswa SMK kita itu dengan yel yel SMK BISA!, setiap orang siswa SMK harus tahu dan sadar arti dan manfaat kejuruan dan lapangan kerja yang diembannya, mari jadikan mereka sebagai manusia mandiri sesuai dengan pendidikannya", tegas Jamel Panjaitan kepada seluruh guru dan pengawas UN yang hadir.
Dalam kesempatan ini juga Kadisdikbud menantang Kepala SMKN 2 Siatasbarita dan para Kepala Sekolah lainnya di Taput untuk menegakkan disiplin dikalangan guru. "Hingga saat ini ada sekolah yang memberikan hukuman kepada siswa yang telat tiba di sekolah dengan cara memulangkan atau tidak mengijinkan masuk ke ruangan kelas mengikuti pembelajaran, berani tidak pak Jekson Lumbantoruan memulangkan guru yang datang terlambat ke sekolah ?"
Dalam perjalanan waktu, hingga saat ini, fenomena datang kesiangan, tidak menyiapkan perangkat pembelajaran serta sering pulang sebelum waktunya merupakan “dosa profesi” yang mungkin masih dilakukan oleh guru tertentu. Selain itu, sikap selalu mendahulukan hak daripada kewajiban seakan masih mewarnai perjalanan hidup sebagian pendidik kita. Tak heran apabila kualitas maupun integritas generasi yang dihasilkan pun masih jauh dari harapan.
Selain monitoring di SMKN 2 Siatasbarita, juga dilakukan monitoring di SMA Sw 2 HKBP Tarutung, dan bersama dengan Kadisdikbud turut Kabag Humas dan Keprotokolan Setdakab Taput Donna Situmeang.
Photo liputan :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar