Saat ini, lebih dari setengah populasi dunia hidup di kota-kota dan pusat perkotaan. Pesatnya pertumbuhan di perkotaan, menyebabkan terbentuknya daerah-daerah kumuh hingga terjadinya degradasi lingkungan. Penataan permukiman yang tidak teratur, infrastruktur seperti drainase yang tidak memadai, rendahnya kualitas bangunan serta dampak perubahan iklim meningkatkan kerentanan penduduk kota terhadap bencana, demikian yang disampaikan oleh Ir. Sugeng Tri Utomo, DESS, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BNPB dalam acara Dialog Interaktif yang diselenggarakan di Kantor BNPB, Jl. Ir. H. Juanda 36 Jakarta, pada hari Kamis, 6 Mei 2010.
Gempa bumi di Port au Prince, Haiti (Januari 2010) adalah sebuah ilustrasi ekstrim dampak bencana alam terkait dengan pembangunan perkotaan tidak terencana.
Kerangka Aksi Hyogo 2005-2015 tentang Pembangunan Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana, menawarkan solusi bagi pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lokal untuk mengelola dan mengurangi risiko bencana di perkotaan.
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) mengkoordinasikan advokasi global untuk membangun kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan. Terkait program tersebut, UN-ISDR mencanangkan Hari Internasional Pengurangan Resiko Bencana pada Rabu minggu kedua Oktober. Untuk tahun ini peringatan tersebut jatuh pada 13 Oktober. Tema yang ditetapkan adalah Resilience City (Membangun Kota yang Tangguh) dengan titik berat pada memperkuat struktur bangunan sekolah dan rumah sakit.
Kampanye ini bertujuan untuk memperkuat dan mendukung pemerintah pusat dan daerah, kelompok masyarakat yang terlibat dalam perencanaan pembangunan perkotaan dan manajemen risiko bencana.
Kampanye Membangun Kota yang Tangguh akan berfokus pada masyarakat miskin di perkotaan, yang paling rentan terkena bencana. Untuk tahun ini kampanye ditargetkan mencapai minimal 25 model kota/kabupaten yang tangguh, dan 50 kota/kabupaten yang berpartisipasi. Sedangkan pada akhir tahun 2011, ditargetkan lebih dari 1.000 kota/kabupaten berpartisipasi membentuk Kota yang Tangguh.
Sementara itu, Deputi Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek Kementerian Riset dan Teknologi Dr. Idwan Suhardi menjelaskan dalam upaya membentuk kota yang tangguh telah dibuat peta zonasi gempa di beberapa wilayah. Selain itu telah ada upaya memperbaiki kode keamanan bangunan (building code) dengan memasukkan unsur percepatan gravitasi yang sesungguhnya memiliki nilai yang berbeda-beda di setiap wilayah. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan struktur tanah dan karakteristik kegempaan.
Kota-kota besar di Indonesia diharapkan berpartisipasi dalam Earthquake Megacity Inisiative, yaitu inisiatif kota-kota besar di dunia untuk meningkatkan ketangguhan terhadap bencana gempa bumi.
Materi yang dibahas dalam dialog interaktif ini merupakan bagian dari Lomba Penulisan Kebencanaan Tahun 2010 bagi Wartawan dan Penulis, yang diselenggarakan oleh BNPB.
Sumber : www.bnbp.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar